Sabtu, 03 Desember 2016

YANG TERHEBAT KAMI

Engkau sosok perkasa dalam tubuh lemahmu
Tiada kata lelah meski tiada yang peduli
Malam engkau terjaga kala semua terlelap
Serupa kala pagi menjelang

Segala kerjanya sungguh
Bukanlah untuk ia semata
Demi kami yang bahkan tak merasai
Tengoklah ia bimbing bocah bocah
Pagi hingga mentari tegak menjelang
Selepasnya bergulat dalam pengabdian mulia
Siapkan sajian lezat yang bahkan kami cela
Engkau tidak bosan
Bahkan esok engkau lakukan serupa

Sejenak kemudian
Engkau siapkan kami penampilan nan wibawa
Engkau selalu siapkan kami untuk menjadi sepantasnya
Harus tak boleh ada yang berpraduga
Kami hanyalah papa nan bersahaja
Tiap mata saksikan kami bak berada raja dan ratu

Peluhmu belumlah mengering sebenarnya
Dalam ringkuk lelah lelap matamu
Tapi dalam binar senyum bibirmu
Bersirat bahagiamu menjalani hari

Wahai wanita hebatku
Moga kelak kami mengerti
Bhakti sucimu tulus sejati
Hanya untuk kami


Kami yang memahamimu
Aku, Chinza, Tiyant dan Zhysie

BUALAN PAGI

Seringaiku kala pagi dibalut temiris hujan
Saksikan tubuh mungil berseragam
Bersemangat ia menantang tetes air mata
Nan tegas ditampung putih biru merah
Pembungkus badan mungil itu

Semangatmu bak kobaran asa pahlawan nak
Kepolosanmu tak mengerti gempita negeri ini
Tak ada yang menjamin basah lusuh tubuhmu
Mungkin kelak ia beruntung dan berjaya
Atau terhempas kandas terlunta dan tersisih
Ahh...... Siapa nan peduli
Itu nasibmu nasib kalian nasib anda

Nun dimasa nan sama para penguasa bangsa
Bersandar dudukan empuk nikmati sarapan eropa
Persiapkan energi kala bergelincir mentari
Mendebat mencaci berperang narasi
Demi kemajuan negeri nan bocah berseragam naungi
Nyatanya demi sejahtera nan pribadi

Sungguh bualan tak berperi
Bukankah para pejuang tlah berpetisi
Dalam untaian wasiat empat pilarnya

Sejatinya bocah kecil nan kuyub berseragam
Engkau nyata tlah didurhakai
Para budak kuasa dan materi
Usahamu tuk menatap hari depan bercahaya
Terenggut oleh pendurhaka bangsa

Kembali aku menyeringai dalam seruputan kopi