Sungguh sungguh adalah hidup
Tika mesti warna berganti warna
Biru kelabu jingga legam atau gulita
Beremulsi dalam putih
Senantiasa dan selalu
Hadirkan nuansa nan beda
Sungguhlah itu
Tatkala pada suatu kehadiran
Sebuah perwujudan nan semu
Meraba dan meraba
Mengeja tiap aroma warna
Nan ada mungkin bersamanya
Hanya tak mampu menerka
Dan dalam kehati hatian
Tiap relung ke relung
Coba tertelusuri
Coba kais kais warna nan nyata
Seketika merah
Sekejab kemudian membiru
Lalu kelabu didalamnya
Saat semua itu adalah sebuah gambaran
Terasa sulit untuk menggenggamnya
Tuk menaunginya warna nan putih
Pasi dibuatnya terkapar
Bahkan terjungkal karna lena
Tetapi kuambil semua itu
Demi untuk menorehkan warna
Nan meski usang namun bermakna
Semoga begitu adanya
Kusadari aku bukanlah dewa
Hamba nan belaka papa dan cela
Hanya sungguhlah yang aku punyai niat
Kusadari sebenarnya
Memapah lebihlah sulit
tak semudah dari memanggul
Ternyata mengiringi itu
Tak semudah mengambil langkah
Hanyalah agar semuanya
Mampu alihkan kendali
Untuk menerka letaknya putih
Mungkin tersembunyi dibalik tirai tirai
Ataulah terjuntai dan terabai
Merebutnya kembali
Dan menaburkannya dalam dalam
Hingga akhirnya putih warna itu
Nyata dalam keberadaannya
Bersanding indah dalam merah dan birunya
Mengakhirkan kelabu hitam dan gulita
Nan senantiasa bergelayut
Membayangi tiap titis titis langkah
Menuju pada tuju akhir kesempurnaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar