Ketika malam dicekam kelam
Rona rembulan pasi disurat awan
Kota jingga tenggelam dalam senyap
Bayu tersurut mengalir perlahan
Menggoyang batang kekar nyiur tua
Yang tlah hilang daun dan dahan
Riak gelombang menyusut sunyi
Dingin menusuk menyusup hati
Sesosok biduk mengambang dalam air
Dibuai ombak lautan pasang
Tanda biduk tiada punya tujuan
Bergayut lunglai sesosok badan
Dalam bernafas sangat lelah
Menyusur samudera tiada arah
Berkicau camar membawa kabar
Sampai pantai untuk berdampar
Jiwa itu kembangkan mata
Usaha tuk menerawang mimpi
Tapi itu nyata adanya
Karna biduk tlah lelah bersandar
Terpa rinyai ombak bangkitkan sosok dalam lelap
Lalu merenung membaca diri
Dimana gerangan jiwa tlah bersandar
Terlelap kembali dalam dekapan negeri tak bertuan
Tetapi bukanlah itu sebuah mimpi
Saat tetes bergulir sejuk merasuki bibir terkatup
Perlahan mata iku terbuka tak percaya
Akan yang sedang dipandangnya
Senyum putih puteri jelita
Bawakan seteguk minum untuknya
Memapah perlahan dara berjalan
Sertakan sosok lunglai dalam dekapan
Serasa hangat rasuki jiwa yang terlunta
Berpamit pada biduk yang menghantarnya
Jaka tinggalkan pantai tanpa nama
Bersama puteri dewi fortuna
Jaka kini telah punya tuju
Jiwanya hangat menantang hidup
Gapaikan cita yang telah sirna
Bersama puteri penolong jiwa
Dan bidukpun berjalan digandeng ombak
Camar telah kehilangan cerita
Seiring melangkahnya sepasang insan
Menuju tuju yang telah hampir berlalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar